Suatu hari, di sebuah kampung yang tenang, warga heboh karena ada turnamen bola baru: Liga Champions RT 03. Yang lebih heboh lagi, yang ikut bukan anak muda, tapi Emak-Emak FC.
Tim ini anggotanya:
-
Bu Siti (kapten): dribbling lincah karena terbiasa mengejar ayam.
-
Bu Yuni (striker): tendangannya kuat akibat sering numpuk karung beras.
-
Bu Jum (kiper): refleks cepat karena tiap hari ngejar cucu yang susah mandi.
Pertandingan pertama dimulai. Lawannya adalah Bapak-Bapak United, klub yang paling ditakuti karena pemainnya suka nongkrong di poskamling sampai larut malam (latihannya hanya ngomong strategi sambil ngopi).
Baru berjalan 5 menit, Bu Siti melakukan dribbling zig-zag melewati tiga bapak sekaligus. Penonton bersorak:
“Wuih, mirip Messi! Tapi versi lagi butuh gas 3 kilo!”
Bu Yuni kemudian menendang bola begitu keras sampai si bola hampir masuk warung sebelah. Untung kembali ke lapangan. Wasit sampai bilang:
“Ibu, ini pertandingan bola, bukan lemparan meteor.”
Babak kedua makin panas. Bapak-bapak mulai terlihat ngos-ngosan. Sementara emak-emak tetap semangat karena habis minum jamu racikan sendiri.
Menit-menit akhir, Bu Jum — si kiper — tiba-tiba maju ke depan. Semua terkejut.
“Ibu mau ngapain?” teriak penonton.
Bu Jum jawab santai:
“Cucuku itu lho… kalau nggak aku kejar, ya gini hasilnya.”
Dan benar saja, cucunya lari bawa bola. Bu Jum mengejar, merebut, lalu… GOOLL!!
Walaupun gawangnya salah, tetap saja penonton bersorak. Kenapa? Karena lucu.
Akhirnya pertandingan berakhir seri, tapi semua orang sepakat:
Liga Champions RT 03 lebih menghibur daripada final asli di TV.
